Otojurnalisme - Sedikit banyak pasar mobil bekas di Indonesia tergerus akibat penurunan daya beli masyarakat di masa pandemi.
Terlebih saat bergulir isu penghapusan pajak mobil baru menjadi nol persen.
Yang jika dihitung tangan, harga jual mobil baru bisa turun hingga 40 persen di banding harga normal.
Hal ini tentu saja berdampak kebimbangan dan menahan minat di masyarakat untuk membeli mobil bekas.
“Kalau datanya persisnya tidak ada. Tapi selama isu itu bergulir, penjualan kami turun,” beber Halomoan Fischer, COO Mobil88 dalam diskusi online bersama Forwot 18/11/20.
Sejalan dengan itu, penggunaan kendaraan pribadi di masa pandemi bagi banyak orang dirasa sangat penting.
Lantaran penggunaan kendaraan probadi akan mencegah kontak dengan banyak orang.
Disinilah peran mobil bekas berfungsi sebagai penyelamat.
Selain dengan harga yang lebih terjangkau dan nilai depresiasi yang lebih rendah, membeli mobil bekas dimasa pandemi terbilang menguntungkan.
BACA JUGA : Unboxing Yamaha MT-09 Terbaru, Satu-Satunya Di Bali
“Mempunyai mobil pribadi kelebihannya kalau kita ke tempat public, mall lebih praktis. Meski ada biaya pajak tahunan, dan biaya minetenance,” kata Halomoan.
Ia menambahkan pada saat covid pandemi ini dimana orang menghindari bertemu dengan orang lain, mobil pribadi dirasa lebih aman.
Keuntungan lain membeli mobil bekas dimasa pandemi adalah harga yang lebih murah dibanding harga normal.
“Harga itu kan selalu ekonomi paling dasar, begitu demannya tinggi suplaynya kurang, saat pandemi ini suplaynya tetap tapi demannya kurang. Misalnya pedagang menyiapkan mobil 10 ribu dengan harapan terjual semua dalam waktu sebulan, pas pandemi tentu permintaan dari marketnya berkurang, jadinya ada rebutan penjual, maka itu harganya sempat turun di maret 2020. Turunnya harga antara 7 sampai 10 persen berhenti saat juni PSBB Relaksasi,” tambahnya.
